Rabu, 29 Mei 2013

MENGAMATI SIFAT GARAM SUKAR LARUT


Kompetensi  Dasar
Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan
I. Tujuan
Membuat garam yang sukar larut dalam air
II.  Alat dan Bahan        :
1. Rak tabung reaksi
2. Tabung Reaksi
3. Pipet Tetes
4. Larutan AgNO3 0,1 M
5. Larutan BaCl2 0,1 M
6. Larutan Na2SO4 0,1 M
7. Larutan NaCl 0,1 M
8. Larutan K2CrO4 0,1 M
III. Cara Kerja                 :
Percobaan A      :
1.  Masukkan  larutan  NaCl 0,1 M ke dalam tabung reaksi sampai setinggi ± 2 cm dengan menggunakan pipet tetes
2. Tambahkan 5 tetes larutan AgNO3 0,1 M ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan NaCl. Amati dan catat perubahan yang terjadi
Percobaan B       :
1.  Masukkan larutan Na2SO4 0,1 M ke dalam tabung reaksi sampai setinggi ± 2 cm dengan menggunakan pipet tetes
2.  Tambahkan 5 tetes larutan K2CrO4 0,1 M ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan Na2SO4. Amati dan catat perubahan yang terjadi
Percobaan C       :
1. Masukkan larutan AgNO3 0,1 M ke dalam tabung reaksi sampai setinggi ± 2 cm dengan menggunakan pipet tetes
2.  Tambahkan 5 tetes larutan K2CrO4 0,1 M ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan AgNO3. Amati dan catat perubahan yang terjadi
Percobaan D      :
1. Masukkan larutan BaCl2 0,1 M ke dalam tabung reaksi setinggi ± 2 cm  dengan menggunakan pipet tetes
2. Tambahkan 5 tetes larutan K2CrO4 0,1 M ke dalam tabung reaksi yang berisi BaCl2. Amati dan catat perubahan yang terjadi
IV.    Hasil Pengamatan                      :
Percobaan
Pencampuran
Pengamatan (Hasil yang terjadi setelah reaksi)
A
AgNO3 + NaCl
Terbentuk endapan berwarna putih
B
Na2SO4 + K2CrO4
Tidak terbentuk endapan
C
AgNO3 + K2CrO4
Terbentuk endapan berwarna merah
D
BaCl2 + K2CrO4
Terbentuk endapan berwarna kuning
V.         Pertanyaan   :
1.    Tuliskan persamaan reaksi ion yang terjadi pada percobaan A, B, C dan D!
a. AgNO + NaCl → AgCl + NaNO
terdiri dari ion : [Ag+] [NO-] [Na+] dan [Cl-]
b. Na2SO4 + K2CrO4 → Na2CrO4 + KSO4
terdiri dari ion : [2Na+] [SO²-] [2K+] dan [CrO²-]
c. AgNO + KCrO → AgCrO + KNO
terdiri dari ion : [Ag+] [NO-] [2K+] [CrO²-] [K+] dan [2Ag+]
d. BaCl + KCrO → BaCrO + KCl
terdiri dari ion : [Ba²+] [2Cl-] [2K+] [CrO²-] [K+] dan [Cl-]
2. Tuliskan nama dan rumus kimia keempat elektrolit sukar larut yang terbentuk pada percobaan ini!
AgCl          = Perak Klorida
Na2CrO4    = Natrium Kromat
AgCrO    = Perak Kromat
BaCrO     = Barium Kromat
3.    Bagaimana rumus Ksp keempat elektrolit pada pertanyaan no.1 terhadap:
a.       Konsentrasi
ksp AgCl = [Ag+] [Cl-]
ksp Na2CrO4 = [2Na+]² [CrO²-]
ksp AgCrO = [2Ag+]² [CrO²-]
ksp BaCrO = [Ba²+] [CrO²-]
b.      Kelarutan
ksp AgCl = s²
ksp Na2CrO4 = 4s³
ksp AgCrO = 4s³
ksp BaCrO = s²
4.    Diketahui data Ksp sebagai berikut:
Senyawa
Ksp
AgCl
1,7 x 10-10
Ag2CrO4
1,9 x 10-12


a.    Hitunglah kelarutan AgCl dan Ag2CrO4 dalam 1 liter air murni (dalam g/L air)
NaCl = [Na+] [Cl-]
0,1          0,1   0,1
Ksp AgCl = [Ag+] [Cl-]
1,7 x 10-10 =     s      0,1
S = 1,7 x 10-9 M                      
b.   Hitunglah kelarutan AgCl dalam 1 liter NaCl 0,1 M (dalam mol/L)
1. ksp AgCl = s2
1,7 x 10-10 = s2
S = √1,7 x10-10
S = 1,3 x 10ˉ5 M
2. Ksp Ag2CrO4 = 4s³
1,9 x 10-12 = 4s³
475 x 10-15 = s³
S = √475 x 1015
S = 7,8 x 10-5 M
c.    Hitunglah kelarutan Ag2CrO4 dalam 1 liter AgNO3 0,1 M (dalam mol/L)
AgNO₃ = Ag⁺ + NO₃⁻
             = Ag= 0,1 . 1 =0,1
Ksp Ag₂CrO₄ = [2Ag⁺]² [CrO₄²⁻]
  1,9 X 10⁻¹²   = [0,1]² . S
         S           = 1,9 X 10⁻¹²  ̸ 1 x 10⁻²
                      = 1,9 x 10⁻¹°
VI.Kesimpulan : Buatlah kesimpulan dari percobaan yang telah kalian lakukan !
Jawab:
Jadi kesimpulannya adalah untuk membuat kelarutannya, dihitung dari nilai X + Y nya . 
Jika QSP > KSP maka mengendap, 
QSP<KSP maka terlarut 
QSP = KSP maka tepat jenuh.
VI.Kesimpulan : Untuk membuat suatu kelarutan dapat dihitung dari nilai X + Y-nya. Jika Qsp > Ksp maka akan terjadi pengendapan, jika Qsp < Ksp maka akan larut dan jika Qsp = Ksp maka akan tepat jenuh.

HIDROLISIS GARAM

I. Standar Kompetensi 
Memahami sifat – sifat larutan asam basa, metode pengukuran dan terapannya
II. Kompetensi Dasar 
Menentukan jenis garam yang  mengalami hidrolisis dalam air dan  pH larutan garam tersebut
III. Tujuan  
Untuk mengetahui sifat larutan garam yang terhidrolisis
 IV. Teori                            :
Hidrolisis adalah  peristiwa penguraian garam oleh air membentuk basa dan asamnya kembali. Larutan garam ada yang bersifat asam, basa atau netral, tergantung dari asam – basa penyusunnya.
a.    Garam yang terbentuk dari asam lemah  dan basa kuat mengalami hidrolisis sebagian (hidrolisis sebagian)
b.    Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah juga mengalami hidrolisis sebagian
c.    Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah mengalami hidrolisis total.
Garam yang terbentuk dari basa kuat dan asam kuat dalam larutan tidak mengalami hidrolisis sehingga konsentrasi ion H+ dan OH- dalam larutan  adalah sama dan larutan garam ini bersifat netral (pH = 7)
Untuk mengetahui  sifat larutan garam, dapat dilakukan melalui kegiatan berikut :
V. Alat dan Bahan           :
1.   Lempeng Tetes
2.   Pipet Tetes
3.   Kertas Lakmus merah dan Biru
4.   Larutan KCl 1 M
5.   Larutan NaCH3COO 1 M
6.   Larutan NH4Cl 1 M
7.   Larutan Na2CO3 1 M
8.   Larutan Al2(SO4)3 1 M
VI. Cara Kerja       :
1.   Siapkan masing – masing larutan
2.   Setiap larutan diteteskan dalam lempeng tetes sekitar 10 tetes
3.   Periksa larutan dengan mencelupkan kertas saring merah dan biru
4.   Amati perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus
VII. Hasil Pengamatan      :
No.
Larutan
Perubahan Warna
Sifat
Lakmus Merah
Lakmus Biru
1.
KCl
Tdk berubah
Tdk berubah
Netral
2.
NaCH3COO
Berubah
Tdk berubah
Basa
3.
NH4Cl
Tdk berubah
Berubah
Asam
4.
Na2CO3
Berubah
Tdk berubah
Basa
5.
Al2(SO4)3
Tdk berubah
Berubah
Asam
VIII. Pertanyaan     :
1.    Garam manakah yang mengalami hidrolisis sebagian dan garam yang tidak terhidrolisis?
=  Hidrolisis sebagian yaitu NaCH3COO, NH4Cl, Na2CO3, Al2(SO4)3 sedangkan yang tidak terhidrolisis adalah KCl
2.    Tuliskan reaksi garam yang mengalami hidrolisis !
a. NaCHCOO → Na+ + CH3COO-
CH3COO- + H2O ↔ CH3COOH + OH-
b. NH4Cl → NH4+   + Cl-
NH4+ + H2O ↔ NH4OH + H+
c. Na2CO3 → 2Na+ + CO3²-
CO3²- + H2O ↔ H2CO3 + OH-
d. Al2(SO4)32Al³+ + SO4²-
Al³+ + H2O ↔ Al(OH)3 + H+
IX. Kesimpulan     : Dari kelima garam yang dilakukan percobaan, tidak semua garam dapat terhidrolisis dan dari kelima garam tersssebut dapat diketahui bahwa garam-garam yang dapat terhidrolis diantaranya adalah NaCH3COO, NH4Cl, Na2CO3, Al2(SO4)3, sedangkan KCl merupakan garam yang tidak dapat terhidrolisis karena tersusun dari asam kuat dan basa kuat.
X. Sumber           :
Purba, Michael. 2006. Kimia untuk SMA Kelas XI Semester 2 Jilid 2 B. Penerbit Erlangga. Jakarta
Sutresna, Nana. 2008. Cerdas Belajar Kimia Untuk Kelas XI SMA/MA Jilid 2.  Penerbit Grafindo Media Pratama. Bandung

PEMBUATAN KOLOID



I. STANDAR KOMPETENSI
Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari – hari

II. KOMPETENSI DASAR

Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan – bahan yang ada di sekitar

III. TUJUAN

Membedakan serta memahami pembuatan koloid secara dispersi dan kondensasi

IV. TEORI

Ukuran Partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan partikel suspensi. Oleh karena itu, sistem koloid dapat dibuat dengan pengelompokkan (agregasi) partikel sejati atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi. Cara pembuatan koloid antara lain :

  1. Cara Kondensasi, yaitu partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan melalui reaksi – reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut
  2. Cara Dispersi, yaitu partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur Bredig)
V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat :

  1. Lumpang
  2. Gelas Kimia
  3. Tabung Reaksi dan rak
  4. Pembakar spirtus
  5. Pengaduk kaca
  6. Kaki tiga dan kasa kawat
  7. Gelas Ukur
  8. Labu Erlenmayer
  9. Pipet Tetes
  10. Neraca
B. Bahan :
  1. Gula pasir
  2. Serbuk belerang
  3. Agar – agar
  4. Minyak tanah
  5. Larutan FeCl3 jenuh
  6. Larutan Sabun
  7. Aquadest
  8. Susu
VI. CARA KERJA
Percobaan A : Pembuatan Sol dengan Cara Dispersi
a. Sol belerang dalam air

  1. Campurkan 1 bagian gula dengan 1 bagian belerang, dan gerus dengan alu dan lumpang sampai halus
  2. Ambil 1 bagian campuran dan campurkan dengan 1 bagian gula, lalu gerus sampai halus
  3. Ulangi langkah nomor 2 sampai empat kali. Ambil 1 bagian campuran keempat dan tuangkan campuran itu ke dalam gelas kimia yang berisi 50 ml air. Kemudian aduk campuran ini. Amati hasilnya.
b. Sol agar – agar dalam air
  1. Ambil agar – agar sebanyak 2 spatula kaca dan larutkan ke dalam gelas kimia yang berisi 25 ml air mendidih
  2. Dinginkan campuran itu dan perhatikan apa yang terjadi. Cara ini disebut peptisasi
Percobaan B : Pembuatan sol dengan cara kondensasi
  1. Panaskan 50 ml air dalam gelas kimia 100 ml sampai mendidih
  2. Tambahkan larutan FeCl3 jenuh setetes demi setetes sambil diaduk hingga larutan menjadi merah coklat.
  3. Amati hasilnya
Percobaan C : Pembuatan emulsi
  1. Masukkan 1 ml minyak tanah dan 5 ml air ke dalam suatu tabung reaksi. Guncangkan tabung dengan keras setelah terlebih dahulu disumbat dengan tutup gabus atau karet. Letakkan tabung reaksi di rak
  2. Masukkan 1 ml minyak tanah, 5 ml air dan 15 tetes larutan sabun ke dalam tabung reaksi lain. Guncangkan tabung dengan kuat dan letakkan di rak. Amati kedua tabung tersebut.
Percobaan D : Koagulasi
  1. Masukkan 50 ml susu cair ke dalam gelas kimia 100 ml
  2. Tambahkan 20 tetes asam cuka ke dalamnya
  3. Amati apa yang terjadi pada susu ketika diteteskan asam cuka
VII. HASIL PENGAMATAN
Percobaan
Kegiatan Pembuatan
Hasil
A
a.   Sol Belerang (dispersi)
Air berwarna keruh & terdapat endapan (koloid)

b.   Sol agar – agar (dispersi)
Air berwarna keruh & terdapat endapan (koloid)
B
Sol Fe(OH)3 (kondensasi)
Air dengan FeCl3
C
a.   Campuran air dan minyak tanah
Air dan Minyak tidak tercampur

b.   Campuran minyak tanah, air dan sabun
Air sabun & Minyak tercampur dan menghasilkan busa
D
Susu + Asam Cuka
Susu mengalami koagulasi atau penggumpalan




VIII. PERTANYAAN

1. Jelaskan perbedaan pembuatan koloid secara dispersi dan kondensasi!
Jawab : Cara Dispersi yaitu dengan memperkecil ukuran partikel menjadi ukuran partikel koloid. Sedangkan cara kondensasi yaitu dengan memperbesar ukuran partikel (biasanya larutan) diubah menjadi koloid.

2. Apa fungsi gula dalam pembuatan belerang?
Jawab : Fungsi gula dalam pembuatan sol belerang adalah sebagai zat yang membantu belerang membentuk koloid didalam air karena sifat gula yaitu akan membuat larutan di dalam air.

3. Apa yang terjadi pada saat larutan FeCl3 jenuh diteteskan ke dalam air mendidih? Tuliskan reaksi kimianya!
Jawab : Air dan FeCl3 tercampur dan berubah warna menjadi merah kecoklatan.
Reaksinya : FeCl3 + H2O → Fe(OH)3 + HCl

IX. KESIMPULAN

Dalam pembuatan koloid dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu disperse dan kondensasi. Contoh pembuatan koloid dengan cara dispersi itu antara lain adalah sol belerang & sol agar-agar sedangkan cara kondensasi yaitu pembuatan sol Fe(OH)3.

Minggu, 03 Maret 2013

TITRASI ASAM – BASA


STANDAR KOMPETENSI : Memahami sifat – sifat larutan asam basa, metode pengukuran dan terapannya
KOMPETENSI DASAR      : Menghitung banyaknya pereaksi dan hasil reaksi dalam larutan elektrolit dan hasil titrasi asam basa
A. Tujuan
  1. Menentukan konsentrasi HCl dan larutan NaOH
  2. Menentukan kadar asam asetat dalam cuka dapur dengan titrasi asam basa
B. Teori
Titrasi adalah metode analisis kuantitatif untuk menentukan kadar suatu suatu larutan. Dalam titrasi zat yang akan ditentukan konsentrasinya dititrasi oleh larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat dan disertai penambahan indicator. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut larutan baku atau larutan tandar, sedangkan indicator adalah zat yang memberikan tanda perubahan pada saat titrasi berakhir yang dikenal dengan istilah titik akhir titrasi.
Berdasarkan pengertian titrasi, maka titrasi asam basa merupakan metode penentuan kadar larutan asam dengan zat peniter (titrant) suatu larutan basa atau penentuan kadar larutan basa dengan zat peniter(titrant) suatu larutan asam, dengan reaksi umum yang terjadi ;
Asam + Basa —> Garam + Air
Reaksi penetralan ini terjadi pada proses titrasi. Titik akhir titrasi adalah kondisi pada saat terjadi perubahan warna dari indicator. Titik akhir titrasi diharapkan mendekati titik ekivalen  titrasi, yaitu kondisi pada saat larutan asam tepat bereaksi dengan larutan basa. Dengan demikian, pada keadaan tersebut (titik ekivalen) berlaku hubungan :
Va.Ma.a = Vb.Mb.b
Va = Volume asam (L)
Ma=Molaritas asam
Vb = Volume basa (L)
Mb = Molaritas basa
a = valensi asam, b = valensi basa
Pada percobaan ini, akan ditentukan konsentrasi HCl dalam Molar dengan menggunakan larutan NaOH dan indikator fenolftalein.
  • Titrasi Asam kuat dengan Basa kuat
Titrasi Larutan HCl 0,1 M oleh larutan NaOH 0,1 M
Reaksi : HCl + NaOH —> NaCl+ H2O
  • Percobaan B  adalah Penentuan kadar asam asetat dalam cuka dapur
Titrasi larutan CH3COOH oleh larutan NaOH 0,1 M
Reaksi : CH3COOH + NaOH —–> CH3COONa + H2O
Reaksi ion bersih : CH3COOH + OH- —–> H2O + CH3COO-
Dalam titrasi ini dipilih indikator PP (fenolftalein). Pemilihan indikator tergantung pada titik setara (ekivalen) dan titik akhir titrasi. Indikator PP mempunyai selang pH = 8,3 – 10,0. Pada kondisi asam (pH < 7), indikator pp tidak memberi perubahan warna, sedang pada kondisi basa (pH>7) indikator PP memberi warna merah muda.
C. Alat dan Bahan
Alat :
  • Labu erlenmayer 125 ml
  • Pipet Volumetrik 10 ml
  • Buret
  • Labu ukur
  • Statif dan Klem
  • Corong Kecil
  • Botol Semprot
  • Pipet tetes
  • Gelas Kimia 100 ml
Bahan :
  • Larutan HCl 0,1 M
  • Larutan asam cuka
  • Larutan  NaOH 0,1 M
  • Indikator PP
D. Cara Kerja
 Percobaan A      :   Titrasi Asam Kuat dan Basa Kuat
  1. Mengambil  10  ml  larutan HCl M dengan pipet volumetrik lalu memindahkannya ke dalam labu erlenmayer 125 ml
  2. Menambahkan  5 tetes indikator PP ke dalam labu erlenmayer
  3. Menyiapkan buret, statif dan klem
  4. Mengisi buret dengan larutan NaOH 0,1 M tepat ke garis nol
  5. Membuka kran buret secara perlahan sehingga NaOH tepat mengalir ke dalam labu erlenmayer
  6. Melakukan titrasi sehingga didapatkan titik akhir titrasi (pink muda). Selama penambahan NaOH kami menggoyangkan labu erlenmayer agar NaOH merata ke seluruh larutan, lalu kami mengamati perubahan warna yang terjadi dan mencatat volume NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi.
  7. Mengulang langkah 1 dan 6, sampai di dapatkan dua data titrasi
Percobaan B : Titrasi Asam cuka  dengan Basa Kuat
  1. Mengambil 10 ml larutan asam cuka dengan pipet volumetric lalu memindahkan ke dalam labu ukur 100 ml, serta ditambah air hingga tanda batas
  2. Pipet sebanyak 10 ml larutan (campuran asam cuka dan air) ke dalam labu erlenmayer 125 ml dan  menambahkan 5 tetes larutan indicator PP
  3. Melakukan titrasi sampai di dapat titik akhir titrasi. Mencatat volume NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi
  4. Mengulang langkah 2 dan 3, hingga diperoleh dua data titrasi
E. Hasil Pengamatan
1. Volume titik akhir titrasi asam kuat- basa kuat
No.
Volume HCL
Volume NaOH
1.
10 ml
8 ml
2.
10 ml
8,4 ml
2. Volume titik akhir titrasi asam cuka – basa kuat
No.
Volume asam cuka
Volume NaOH
1.
10 ml
1,2 ml
2.
10 ml
0,9 ml
F. PERTANYAAN
1. Bagaimana perbedaan titrasi A dan B ditinjau dari pH titik ekivalennya?
= Titrasi B lebih cepat mengalami titik ekuivalennya, dengan begitu asam lemah dengan basa kuat lebih cepat mengalami titik ekuivalen disbanding dengan asam kuat dan basa kuat.
2. Hitunglah konsentrasi larutan HCl dengan data percobaan A!
Ma.Va.A = Mb.Vb.B
Ma.10.1 = 0,1.8,2.1
Ma.10 = 0,82
Ma = 0,082 M
3. Hitunglah konsentrasi larutan Cuka dengan data percobaan B!
Ma.Va.A = fp.Mb.Vb.B
Ma.10.1 = 10.1,05.0,1.1
Ma.10 = 1,05
Ma = 0,105 M
4. Mengapa pada setiap titrasi asam basa diperlukan indikator?
= karena indicator dapat mempercepat mencapai titik ekuivalen
5. Buatlah sketsa grafik pH larutan terhadap volum larutan NaOH!
 G. Kesimpulan : Larutan asam cuka-basa kuat lebih cepat mengalami titrasi ketimbang larutan asam kuat-basa kuat. Mungkin, larutan asam cuka-basa kuat tertitrasi lebih cepat karena memiliki ph basa yang lebih tinggi daripada ph asamnya, sedangkan untuk HCl dan NaOH sama-sama kuat yaitu ph=7 
 
kelompok
- reyza pratama
-ready rizki
-sarah aulia
-widya naufalinda
 
kelas
2 ipa 1

Senin, 26 November 2012

Kelompok 5 :

  •         M. Teguh Kurniawan
  •         Nabilah Prabawati ‘Aini
  •          Ready Rizki Aditama
  •          Reyza Pratama Komala
  •          Sarah Aulia Rahmah
Kelas XI IPA 1

PEMBUATAN LARUTAN

A. Tujuan : Menjelaskan pengertian kemolaran, serta cara menyediakan larutan dengan kemolaran tertentu

B. Teori :

Zat kimia umumnya diperdagangkan dalam bentuk padatan (Kristal) atau larutan pekat, jarang sekali dalam bentuk pakai. Sementara itu, di percobaan – percobaan laboratorium seringkali menggunakan larutan encer. 

Oleh karena itu, larutan yang diperlukan harus dibuat dari larutan pekat atau melarutkan zat padat. Membuat larutan dari padatan murni dilakukan dengan mencampurkan zat terlarut dan pelarut dalam jumlah tertentu. Larutan dibuat dengan konsentrasi tertentu, dan dinyatakan dalam konsentrasi Molaritas (M).

M = n / V 
Dimana, M = Molaritas
n = jumlah zat terlarut (mol)
V = Volume Larutan (Liter)

Salah satu keuntungan jika konsentrasi larutan dinyatakan dengan kemolaran, maka menentukan jumlah mol zat terlarut dapat diperoleh dengan mengukur volume larutan.

Ketika bekerja di laboratorium juga diperlukan untuk mengencerkan larutan,yaitu memperkecil konsentrasi larutan dengan jalan menambahkan sejumlah tertentu pelarut. Pengenceran menyebabkan volume dan kemolaran larutan berubah, tetapi jumlah zat terlarut tidaklah berubah. Maka n1 = n2 atau

V1 . M1 = V2 . M2

C. Alat dan Bahan :
  1. Neraca                                        
  2. Kaca Arloji                                  
  3. LAbu Ukur 100 ml dan 50 ml
  4. Pipet Volumetrik 25 ml
  5. Pengaduk
  6. Corong
  7. Bulp
  8. Asam Oksalat C2H2O4
  9. Aquadest

D. Cara Kerja :

  1. Menimbang ± 0.5 gram asam oksalat ke dalam kaca arloji
  2. Lalu masukkan asam oksalat ke dalam labu ukur 100 ml
  3. Larutkan dengan aquadest hingga tanda batas
  4. Kocok larutan sampai homogen
  5. Ukur 25 ml larutan tersebut dan masukkan kedalam labu ukur 50 ml, kemudian tambahkan aquadest hingga tanda batas.
E. Perhitungan :
  1. Hitung Molaritas larutan asam oksalat!
  2. Hitunglah konsentrasi asam oksalat setelah diencerkan!

F. Jawaban



1. M1 = gr  .  1000  =  0,5 .  1000  =  5  = 0,056 M
            Mr     100        90    100       90
2. M1 . V1 = M2 . V2
   0,056 . 25 = M2 . 50
   1,4  =  M2 . 50
   M2 = 1,4 = 0,028 M
            50
           
G. Kesimpulan : Molaritas yang dimiliki oleh larutan pekat (M1) dan larutan terlarut (M2) tidak sama, tetapi memiliki jumlah zat yang tetap yaitu 0,5 gr.

Selasa, 23 Oktober 2012

laporan kimia

  Enthalpy Reaksi Netralisasi

A. Tujuan : Menentukan perubahan entalpi reaksi larutan NaOH dengan larutan HCl dengan  kalorimeter

B. Teori 

  Entalpi merupakan energi  yang  terkandung di dalam zat.Perubahan seluruh energy zat di dalam reaksi disebut dengan perubahan entalpi reaksi.Panas reaksi adalah energi  yang dilepaskan atau diserap bila jumlah mol masing –masing zat sama dengan koefisien reaksinya. Panas pembentukan adalah energi yang dilepaskan /diserap dalam pembentukan 1mol zat dari setiap  unsur –unsurnya. 
rumus   
q= m x c x ∆T
∆ H  =  – q/mol
M = massa (gram)
c  = kalor jenis air (4,2 J/g.oC)
∆T= perubahan suhu (oC)

C. Alat dan bahan

a. Kalorimeter                              f.   Termometer
b. Gelas kimia 100 ml                 g.  Pengaduk
c. Gelas ukur 50 ml
d. Larutan NaOH 1 M
e. Larutan HCl 1 M

D. Cara Kerja

a. Masukkan 50 ml larutan NaOH 1 M ke dalam gelas ukur, ukur suhu larutan
b. Masukkan  ke dalam calorimeter
c. Masukkan 50 ml larutan HCl 1 M ke dalam gelas ukur, ukur  suhu larutan
d. Masukkan  ke dalam calorimeter
e. Aduk campuran larutan. Amati suhunya yang naik, kemudian tetap.  Catat suhu yang tetap sebagai suhu akhir reaksi.  Reaksi    :  NaOH  +  HCl  –>   NaCl + H2O

E. Hasil  Pengamatan

Suhu Awal HCl                : 32°
Suhu Awal NaOH            : 31°
Suhu Campuran              : 35°
Perubahan Suhu              : 35° - (32° - 31°/2) = 35° - 32,5° = 2,5°

F. PERTANYAAN

1.Hitunglah jumlah mol dalam 50 ml larutan HCl 1 M dan jumlah mol dalam 50 ml larutan NaOH 1 M!
2.Hitunglah jumlah kalor yang dibebaskan per mol H2O yang terbentuk dalam reaksi ini
3. Tulislah persamaan termokimia untuk reaksi tersebut!
G. JAWABAN
1. mol NaOH       = m . v
                          =  1 . 0,05
                          =  0,05 mol
   mol HCl            = m . v
                          =  1 . 0,05
                          = 0,05 mol
2. dik : m NaOH   = 50 ml
          m HCl       = 50 ml
          c              = 4,2 J /g°C
          ΔT           = 2,5°C
   dit : q ?             
   q reaksi         = m . c . ΔT
                       =  100 . 4,2 . 2,5
                       =  1050 J
3. ΔH =  -q/mol
           = -1050/0,05
           = - 21000 J/mol
           = - 21 KJ/mol
H. KESIMPULAN   :  Jadi, untuk menetralisasikan 1 mol larutan NaOH dengan 1 mol HCl dibutuhkan kalor sebesar  1050 J serta adalanya perubahan enthalpy sebesar -21 KJ/mol. Ini termasuk kedalam proses Eksoterm yaitu jenis reaksi ΔH pelarutan standar (ΔH°s)


entalpi pembakaran bahan bakar
A. Tujuan                  :  Menentukan ∆H pembakaran methanol
B. Alat dan Bahan 
  • Gelas Kimia
  • Pembakar spirtus
  • Neraca
  • Metanol
  • Air
  • Termometer

C. Langkah Kerja
  1. Timbang air dalam gelas kimia sebanyak 100 ml
  2. Ukur suhu air awal dan catat suhunya
  3. Isi pembakar spirtus dengan methanol, timbang pembakar tersebut dengan neraca
  4. Nyalakan pembakar spirtus dan panaskan air sampai hampir mendidih
  5. Catat suhu air,pada saat lampu spirtus dimatikan
  6. Timbang pembakar spirtus setelah pemanasan

D. Hasil pengamatan
Massa air             : 100 gr
Massa benda (spirtus)  + bahan bakar sebelum pemanasan  : 181,6 gr
Massa benda (spirtus ) + bahan bakar setelah pemanasan    : 164,72 gr
Suhu air awal     : 30°
Suhu air setelah pemanasan       : 93°
Massa methanol yang hilang       : 181,6 – 164,72 = 5,88 gr
Mr methanol (CH3OH)   : 12 + 4 + 16 = 32
E. Perhitungan
  q  reaksi          = m . c . ∆T
  ∆ H                 =  – q/mol methanol

G. Jawab

1. mol methanol  =  gr/mol = 5,88/32 = 0,184 mol

2. q reaksi     =  m . c . ΔT
                     =  100 . 4,2 . 63
                     =  26460 J
     3. ΔH        = -26460/0,184
                    = -143804,34 J/mol
                    = -143,8 KJ/mol

H. Kesimpulan :  Jadi, total kalor yang terjadi adalah 26460 J dan kalor tersebut juga mengalami perubahan sebesar -143,8 KJ/mol. dalam percobaan tersebut tergolong sifat eksoterm.